Pada kali ini, kunjungan kami dari Departemen Sustainability & Sourcing Talasi sedikit berbeda dari biasanya. Pada kunjungan-kunjungan sebelumnya di Jambi, Aceh, dan Pulau Rote, kami  mengunjungi lokasi madu hutan dengan lebah jenis Apis Dorsata dimana jenis ini terkenal sebagai jenis lebah yang ganas.  Selain itu, medan yang kami lalui pun merupakan  hutan  belantara  dengan  jalan  setapak  yang  sangat  menantang (mendaki, terjal, bergelombang) dan juga harus melewati anak sungai dengan batu batu besar yang licin di mana permukaannya dilapisi lumut sehingga harus sangat berhati-hati dalam menyebrangi anak sungai.
Kali ini, kami mengunjungi madu ternak jenis Trigona Itama atau stingless bee yang ukurannya cukup kecil dibandingkan jenis Apis Dorsata. Seperti namanya, stingless bee, lebah Trigona Itama ini tidak menyengat. Cara jenis lebah ini mempertahankan diri cukup berbeda, yaitu dengan mendekati lalu berkerumun di tempat yang gelap, biasanya masuk ke dalam rambut, jika ada orang yang berdiri diam dengan kotak lebah.
Selain jenis lebah yang relatif lebih tidak berbahaya, akses menuju tempat panen juga tidak semenantang biasanya. Menurut informasi dari Pak Rian dan Pak Leo, pemasok madu Trigona Itama, perjalanan menuju lokasi panen sangat mudah untuk dilewati bahkan dapat dicapai dengan mengendarai mobil atau motor. Jarak antara area panen dengan yang lainnya berkisar 3 kilometer dimana terdapat sekitar total 700 kotak lebah dari 40 lokasi berbeda.
Pada hari Selasa, 24 Mei 2022 pukul 14.30 WIB kami sampai di lokasi madu ternak Trigona Itama yang jaraknya tidak begitu jauh, sekitar 1-2 kilometer dari jalan aspal. Sesampainya di sana, kami melihat kotak kotak lebah Trigona Itama, yang menurut informasi Pak Leo, jumlah kotak di lokasi ini berjumlah 20 kotak. Kotak madu Trigona Itama cukup berbeda dari kotak madu ternak dari jenis lebah Melifera yang pernah kami kunjungi sebelumnya. Kotak-kotak ini lebih kecil dan ditopang oleh kayu dan batu bangunan sehingga terletak sekitar 50 sentimeter di atas permukaan tanah.
Saat di lokasi, kami berbincang-bincang lebih lanjut dengan pihak pemasok yaitu Pak Rian, Pak Leo dan Pak Tiarso. Pak Tiarso adalah seorang petani madu yang menjaga koloni 700 kotak lebah serta melakukan panen madu ternak Trigona Itama.
Berdasarkan hasil bincang-bincang, kami mendapatkan informasi bahwa sejak tahun 2019, Pak Rian dan Pak Leo sudah aktif bekerja sebagai pemasok madu ternak Trigona Itama. Awalnya, terdapat 1000 kotak lebah yang dipelihara. Namun, karena ketidakseimbangan peletakkan kotak lebah dengan pasokan sumber pakan lebah, saat ini tersisa 700 kotak lebah yang aktif dipelihara. Dari hasil pembelajaran ini, Pak Rian dan Pak Leo juga menginformasikan bahwa peletakkan kotak lebah yang ideal adalah 10-20 kotak saja dalam satu lokasi. Hal ini dilakukan agar terjadi keseimbangan dalam jumlah koloni lebah dan pasokan pakan yang tersedia.
Terdapat beberapa bagian utama dalam sistem manajemen madu ternak Trigona Itama. Pertama adalah memonitor sumber pakan lebah agar mencukupi untuk seluruh kolono. Perawatan terhadap lokasi dan kotak-kotak lebah juga perlu diperhatikan. Berikutnya, proses panen dan pasca panen madu harus diperhatikan untuk memastikan kualitas dan keberlangsungan panen madu. Seluruh hal ini dilakukan oleh Pak Leo dan Pak Tiarso.
Waktu panen terbaik untuk madu lebah Trigona Itama adalah pada musim kemarau, sekitar bulan Juni-September. Panen dilakukan dengan membawa perlengkapan seperti baju lebah, selang, tangki penampung, dan wadah panen madu. Proses panennya pun sangat unik. Petani madu harus melubangi sarang madu dan kemudian menyedot madu yang ada didalamnya menggunakan selang.
Walaupun terlihat mudah, perlu kesabaran yang tinggi dalam proses panen madu ini. Madu harus disedot dari setiap lubang sarang madu yang berjumlah sekitar 50-80 lubang di setiap kotaknya. Sementara, terdapat sekitar 10-20 kotak lebah yang harus dipanen dalam satu lokasi saja. Untuk itu, pada masa panen raya, Pak Rian dan Pak Leo biasanya menambah tenaga panen agar waktu panen lebih cepat.
Tantangan lainnya adalah mempertahankan jumlah koloni lebah dari serangan hama. Untuk mencegah serangan hama, Pak Leo dan Pak Tiarso tidak menggunakan bahan kimia yang berbahaya dan secara rutin melakukan pengecekan ke lapangan. Selain itu, pada musim hujan, kondisi kotak madu juga perlu lebih sering diperhatikan.
Setelah aktivitas panen di lapangan sudah selesai, Pak Tiarso akan membawa hasil panen langsung ke gudang penyimpanan. Hasil panen madu tersebut kemudian dituang kedalam botol/galon. Setelah itu madu yang sudah berada di botol/galon disaring ke dalam tangki mini stainless steel dengan keran yang dapat dibuka tutup sehingga volume madu yang dikeluarkan dapat terkontrol sesuai dengan permintaan.
Secara keseluruhan, perjalanan menuju Bangka untuk panen madu Trigona Itama sangatlah berkesan dan berbeda dari biasanya. Dari perjalanan ini, kami juga belajar bahwa terdapat cara-cara unik yang dilakukan oleh para petani madu dari Origin Bangka untuk panen madu yang menghasilkan rasa madu yang unik dan berbeda dari yang lainnya.